KONDISI BERFIKIR, PERINSIPBERFIKIR, SYARAT BERFIKIR, BAGAIMANA BERFIKIRKERITS

 

A.    AKondisi berfikir

Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi, sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44). Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran didasarkan pada kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Di sisi lain, dalam proses berpikir ilmiah, pola penalaran didasarkan pada sasaran tertentu secara teratur dan sistematis.

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997: 1). Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa : bahasa ilmiah, logika dan matematika, logika dan statistika ( Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996: 68). Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.

 

B.     Perinsipbefikir

Berpikir adalah suatu proses yang melibatkan cara kerja otak dalam menghadapi sesuatu yang abstrak dan memecahkan masalah yang ada. Dalam berpikir, kita harus mempunyai prinsip. Jika tidak mempunyai prinsip, maka pikiran kita akan kacau. Di bawah ini adalah prinsip berpikir dari Aristoteles.

1.      Prinsip Identitas

Prinsip ini merupakan prinsip dasar dari semua pemikiran. Artinya adalah pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini. A = A bukan A = B. Jika suatu benda dikatakan “meja” maka itu adalah meja bukan kursi.

Prinsip ini langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya. Artinya prinsip ini tidak membutuhkan pembuktian.

2. Prinsip Pembatalan (principleofcontradiction, principiumcontradictionis)

Prinsip ini adalah rumusan negatif dari prinsip identitas. Sesuatu yang ada tidak dapat tidak ada dalam waktu yang bersamaan. Prinsip ini juga tidak membutuhkan pembanding untuk membuktikannya. Cukup dengan benar-benar mengerti arti ada dan tidak ada yang sebenarnya kemudian membandingkannya.

2.      Prinsip Penyisihan Kemungkinan Ketiga

Prinsip ini menyatakan bahwa kemungkinan ketiga itu tidak akan ada. Jika terdapat dua hal yang berlawanan asas atau kontradiksi, maka salah satu dari keduanya pasti ada hal yang salah.

3.      Prinsip Alasan yang Mencukupi

Rumusan dari prinsip ini adalah sesuatu yang ada mempunyai alasan atau dasar yang mencukupi untuk menajdikan sesuatu itu ada. Contohnya, pancasila ada karena ada dasar atau alasan yang kuat dan mencukupi untuk terbentuknya pancasila tersebut. 

C.     Syarat berfikir

Syarat Pokok dalam Berpikir Pemikiran harus berpangkal dari kenyataan atau titik pangkalnya harus benar. Alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan kuat. Jalan pikiran harus logis atau lurus (sah).

-Titik pangkal pemikiran harus benar.

Suatu pemikiran meskipun jalan pikirannya logis bila tidak berpangkal dari kenyataan atau dalil yang benar tentu tidak akan menghasilkan kesimpulan yang benar (apalagi yang pasti).

Perlu dibedakan antara kepastian subjektif (saya merasa pasti) dengan kepastian objektif (faktanya memang demikian).

-Alasan yang diajukan harus tepat dan kuat.

-Ada hal yang dapat dibuktikan hanya dengan menunjuk fakta atau kenyataan (Aposteriori).

-Ada hal yang hanya dapat dibuktikan dengan suatu pemikiran atau rangkaian langkah-langkah logis (Apriori). Jalan pikiran dan alasan harus dieksplisitkan terlebih dahulu.

 

D.    Baagaimanaberfikirkeritis

1.      Mengamati dan Mengenali Informasi – Apa sih Masalah Utamanya?

Dalam menerima sebuah informasi, jangan langsung reaktif. Akan tetapi, amati dan kenali masalah sebenarnya dari informasi tersebut. Apakah permasalahannya terletak pada asumsi yang digunakan? Ataukah pada cara penyampaian informasi? Yang pasti, setiap masalah memiliki cara penanganan yang berbeda. Kalau dalam management biasa dikenal dengan root-causeanalysis. Tapi ya, kita gak perlu sedalam itu kok. Cukup mengenali masalah utamanya apa. Kemudian lanjutkan ke yang berikutnya.

2.      Pertanyakan yang Harus Dipertanyakan

Misalnya, kita mulai dengan “apa yang membuat si dia menyebarkan informasi itu” atau “dapat dari mana informasi itu”. Berpikir kritis itu selalu ditandai dengan mempertanyakan semua yang diberikan untuk mendapatkan lebih. Yang harus diingat dalam hal ini adalah:

Yang bertanya harus memahami bahwa mempertanyakan ide atau asumsi yang digunakan bukanlah berarti menyerang orang yang menyebarkan. Demikian juga orang yang ditanya, haruslah sadar juga bahwa bukan dirimu yang “diserang”. Bahwa sebenarnya, yang dipertanyakan ini adalah ide ataupun asumsi yang digunakan. Bukan sosok yang menyebarkannya. Namun seringkali, berpikir kritis dianggap mengajak bertengkar dan berujung debat tanpa akhir karena pola pikir yang menganggap mereka yang kritis mempertanyakan sosoknya saja. Beda pandangan dengan sosok lain itu tidak masalah kok, justru dengan menerapkan pola kritis ini, kita akan menyikapi perbedaan itu dengan lebih baik.

3.      Cari Informasi Terkait Lainnya

Ibarat dalam ngeblog, kita menyisipkan kata kunci terkait dalam penerapan SEO On Page, berpikir kritis itu juga mengajak kita untuk mencari informasi terkait lainnya. Jangan hanya lihat satu sumber saja. Apakah ada sumber informasi lainnya? Usahakan mencarinya di tempat yang bisa kita percaya. Apalagi di dunia maya ya, membuat domain baru itu mudah sekali. Jadi kita harus yakin kalau informasi dari domain tersebut terpercaya sebelum menyebarkan. Bisa juga mencari informasi lainnya dengan bertanya pada orang sekitar kita. Orang yang kita percaya. Atau baca buku lebih banyak lagi.

4.      Berempati Tidak Pernah Merugikan

Salah satu cara mengembangkan pola berpikir kritis adalah dengan mengembangkan sikap berempati. Tempatkan diri kita di posisi orang lain. Cobalah untuk memahami apa yang dialaminya. Apa saja yang menjadi motivasi orang itu dalam bertindak, kesulitan apa sih yang dialaminya. Berempati membantu kita lebih memahami sudut pandang orang lain dan membantu kita juga untuk menjadi pribadi yang lebih baik pada akhirnya. So, gak merugikan kita juga kan?

5.      Kenali Pilihan Kamu dan Pilih yang Terbaik

Mengenali pilihan yang kita miliki akan membantu kita dalam berpikir kritis. Mengetahui pilihan membuat kita lebih bertanggung jawab dengan pilihan itu sendiri. Kita pasti akan menelaah satu per satu pilihan dan juga konsekuensi yang akan datang bersama pilihan itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Penghapusan

Penghapusan sarana prasarana pendidikan

Pengertian Pengawasan dan penilaian sarana prasarana pendidikan.