BENTUK 3 SILOGISME –CORAK DALAM BENTUK SILOGISME
A. A. PENGERTIAN SILOGISME
Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian.
Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran
(deduktif) syllogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan
yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah
(M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru
(konsekuens).[1] Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang
paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus
dari kesimpulan umum.
Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian
rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar
atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu
generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik.
Contoh:
1. Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor)
2. Si kacong adalah seorang makhluk hidup (premis minor)
3. Jadi si kacong mempunyai mata (kesimpulan)
Maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal
yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabcahan pengambilan
kesimpulan.
B. STRUKTUR SILOGISME
Pada dasarnya silogisme mempunyai empat bagian:
1. Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya
disebut premis mayor. Premis mempunyai arti kalimat yang dijadikan dasar
penarikan kesimpulan. Mayor artinya besar. Premis mayor artinya pangkal piker
yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul
menjadi predikat dalam konklusi (kesimpulan).
2. Bagian kedua adalah keputusan kedua, yang umumnya disebut
dengan premis minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term
minor (kecil) dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi subyek
dalam konklusi.
3. Bagian ketiga adalah bagian-bagian yang sama dalam dua
keputusan tersebut, yang biasanya disebut medium atau term menengah (middle
term), karena ia terdapat pada kedua premis (mayor dan minor), maka bertindak
sebagai penghubung (medium) antara keduanya, tetapi tidak muncul dalam
konklusi.
4. Bagian keempat adalah keputusan ketiga yang disebut
konklusi atau kesimpulan, adalah merupakan keputusan baru (dari dua keputusan
sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam
term minor.
C. MACAM-MACAM SILOGISME
1. Silogisme kategoris
Silogisme kategoris adalah struktur suatu deduksi
berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing
bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat). Bentuk
silogisme kategoris dapat membantu menunjukan jalan atau tahap-tahap
penalarannya. Misalnya seseorang ditanya, “Mengapa korupsi itu haram?” maka
akan dicari alasannya, kemudian berkata “karena korupsi adalah mencuri”. Jika
kemudian diberi bentuk logis, maka dapat diperoleh silogisme berikut:
M = P
S = M
S = P
Mencuri itu haram
Korupsi adalah mencuri
Maka korupsi adalah haram
Keterangan:
S = Subyek; P = Predikat; M = Middle term.
korupsi adalah mencuri, dan mencuri termasuk hal-hal yang
haram → maka korupsi haram.
Kenapa hal tersebut perlu dirumuskan demikian? Karena
perumusan seperti itu dengan jelas memperlihatkan titik pangkal pemikiran, dan
jalan pikiran yang terkandung di dalamnya. Jika penalarannya baik, maka
silogisme dengan jelas memperlihatkan apa alasan alasan atau dasar-dasarnya.
Kebanyakan ucapan orang mengandung satu putusan atau lebih
yang tersembunyi dan menjadi titik pangkal suatu penalaran, tetapi tidak
disebutkan dengan jelas, bahkan sering kali tidak disadari oleh si penalar
(pemikir). Maka, untuk menganalisis suatu pemikiran, haruslah kita:
-Menjabarkan putusan-putusan menjadi bentuk S = P
-Merumuskan putusan-putusan, dalil-dali, atau
generalisasi-generalisasi yang tersembunyi sehingga menjadi terlihat dengan jelas,
dalam bentuk silogisme.
Misalnya : “Poligami
kita tolak karena merendahkan derajat wanita”.
Kesimpulan : Poligami
= kita tolak (S = P)
Alasannya : Poligami
= merendahkan derajat wanita (M)
Silogismenya :
Yang merendahka derajat wanita = kita
tolak (M
= P)
Poligami = merendahkan derajat wanita…….(S =M)
Jadi poligami = kita
tolak (S
= P)
Untuk penjabaran pemikiran-pemikiran macam ini menjadi
silogisme diperlukan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan dahulu kesimpulan yang dikemukakan, kesimpulan
biasanya tidak tersembunyi dan dinyatakan dalam kata-kata, seperti: karena itu,
maka dari itu, jadi, dan sebagainya.
2. Jika kesimpulan telah dirumuskan, maka dicari apa
alasannya yang dikemukakan (“karena”-nya). Alasan ini biasanya menunjukan M.
3. Jika telah dimengerti S dan P (dari kesimpulan) serta M
(dari alasan) maka dapatlah disusun silogisme, (kesimpulan dulu) (S = P), lalu
minor (yang mengandung S dan M), lalu mayor. Mayor ini merumuskan titik pangkal
yang sebenarnya.
2. Silogisme hipotetis
Silogisme hipotetis adalah argument yang premis mayornya
berupa posisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalh proposisi kategorik
yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau term konsekuen premis
mayornya.
Pada silogisme hipotetis tida mempunyai premis mayor maupun
minor karena kita keahui premis mayor itu mengandung term predikat pada
konklusi, sedangkan premis minor itu mengandung term subyek pada konklusi. Pada
silogisme hipotetis term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh
premis mayornya.
Karena premis pertama mengandung permasalahan yang lebih
umum, maka kita sebut premis mayor, bukan karena ia mengandung term mayor. Kita
menggunakan premis minor, bukan karena ia mengandung term minor, tetapi
lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus.
Macam-macam silogisme hipotetis:
a. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti:
ü Jika hujan, saya naik becak
Sekarang hujan
Jadi saya naik becak
b. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian
konsekuen-nya, seperti:
ü Bila hujan, bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah
Jadi hujan telah turun
c. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari
antecedent, seperti:
ü Jika politik pemerintahan dilaksanakan dengan
paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
d. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuen-nya, seperti:
ü Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa
akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
1.
Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya
keputusan disjungtif sedangkan premis minornya keputusan kategorika yang
mengakui atau mengingkari salah satu alternative yang disebut oleh premis
mayor. Seperti halnya silogisme hipotetis, istilah premis mayor dan minor
disini adalah secara analog, bukan penggunaan semestinya. Macam-macam silogisme
disjungtif:
a. Silogisme disjungtif dalam arti luas: premis mayornya
mempunyai alternative bukan kontradiktif, seperti:
-Hasan dirumah atau di pasar
Ternyata tidak dirumah
Jadi di pasar
b. Silogisme disjungtif dalam arti sempit: mayornya
mempunyai alternative kontradiktif, seperti:
- Ia lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus, jadi
Ia bukan tidak lulus.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai
dua tipe, yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu
alternative, konklusi-nya adalah mengakui alternative yang lain, seperti:
v Ia berada di luar atau di dalam
Ternyata tidak berada di luar
Jadi ia berada di dalam
2) Premis minor mengakui salah satu alternative,
kesimpulannya adalah mengingkari alternative yang lain, seperti:
v Budi di masjid atau di sekolah
Ia berada di sekolah
Jadi ia tidak berada di masjid
2.
Dilema
Dilema adalah semacam pembuktian, yang didalamnya terdiri
dari dua atau lebih putusan disjungtif untuk ditarik kesimpulan yang sama atau
dibuktikan bahwa dari masing-masing kemungkinan harus ditarik kesimpulan yang
tidak dikehendaki. Dilemma merupakan suatu kombinasi dari berbagai bentuk
silogisme. Mayor terdiri dari sebuah putusan disjungtif. Dalam minor diambil
kesimpulan yang sama dari kedua alternative.
Bagan dilemma: bentuknya bermacam-macam. Bentuk pokoknya
sebagai berikut:
A, atau tidak A.
Nah, kalau A, maka B.
Kalau tidak A, toh B
Jadi B.
Contoh:
Jika engkau berbuat adil manusia akan membencimu. Jika
engkau berbuat tidak adil dewa-dewa akan membencimu. Sedangkan kau harus
bersikap adil atau tidak adil. Berbuat adil atau pun tidak engkau akan dibenci.
C. BENTUK-BENTUK SILOGISME
Bentuk-bentuk
silogisme dibedakan berdasarkan letak term penengah atau mediumnya, yang
terbagi menjadi empat diantaranya:
a.
Bentuk I M - - - P
S -
- - M
S P
Term penengah (M) merupakan subjek di dalam premis mayor dan
menjadi predikat di dalam premis minor. Aturan yang harus dipatuhi: premis
minor harus berupa penegasan (afirmatif), sedangkan premis mayor bersifat umum.
(universal).
Semua yang dilarang Tuhan mengandung bahaya
Mencuri adalah dilarang Tuhan
Jadi : mencuri adalah mengandung bahaya.
b. Bentuk
II P - - - M
S - - - M
S P
Term penengah (M) menjadi predikat di dalam premis mayor dan
premis minor. Aturan yang harus dipatuhi; salah satu sebuah premis harus
negative, dan premis mayor bersifat umum (universal).
Semua tumbuhan membutuhkan air.
Tidak satu pun benda mati membutuhkan air
Jadi : tidak satu pun benda mati adalah tumbuhan
c. Bentuk III M - -
- P
M - - - S
S P
Term penengah menjadi subjek di premis mayor dan premis
minor. Aturan yang harus dipatuhi: premis minor harus berupa penegasan
(afirmatif) dan kesimpulannya bersifat particular.
Semua politikus adalah pandai berbicara
Beberapa poltikus adalah sarjana
Jadi: sebagian sarjana adalah pandai berbicara
d. Bentuk IV P - - - M
M - - - S
S P
Term penengah menjadi predikat pada premis mayor dan menjadi
subyek pada premis minor. Aturan yang harus dipatuhi: jika premis mayornya
afirmatif maka untuk premis minornya harus universal dan jika premis minornya
negative maka premis mayor harus universal.
Semua pendidik adalah manusia
Semua manusia akan mati
Jadi: sebagian yang akan mati adalah pendidik
Komentar
Posting Komentar