Model-model perubahan organisasi


PENGORGANISASIAN PROGRAM BK KOMPERHENSIF
1.      Model-model perubahan organisasi

a.      Model perubahan Kreitner dan Kinicki
Model perubahan yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki adalah model perubahan dengan pendekatan sistem. Dalam model ini ditawarkan kerangka kerja unuk menggambarkan kompleksitas perubahan organisasi. Perubahan ini terdiri dari beberapa komponen yaitu input, unsur-unsur yang hendak dirubah, dan output. Ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan dan berhubungan satu sama lainnya. Input merupakan faktor pendorong. Unsur yang hendak dirubah dalam model ini meliputi aturan organisasi, faktor sosial, metode, desain kerja, teknologi dan aspek manusia. Sedangkan out put dari model ini adalah perubahan disemua level organisasi, perubahan di semua level kelompok dan perubahan individual.
b.    Model perubahan Kyagi 
Model perubahan ini menekankan pada peran kekuatan agen perubah dalam mengelola perubahan. Sedangkan dalam tahap implementasi menekankan pentingnya transition management. Transition management merupakan suatu proses yang sistematis yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan implementasi perubahan dari kondisi sekarang menuju perubahan yang diharapkan. Komponen perubahan yang dikemukakan oleh Tyagi meliputi: adanya kekuatan perubah, mengetahui permasalahan yang hendak dirubah, proses penyelesaian masalah, mengimplementasikan perubahan.
c.      Model untuk mengelola perubahan organisasi ( Robbins )
Perubahan diprakarsai oleh kekuatan tertentu. Kekuasaan tersebut dijalankan di dalam organisasi oleh seorang agen perubahan. Agen tersebut memilih tindakan intervensinya; artinya ia memilih apa yang harus diubah. Pelaksanaan dari intervensi ini terdiri dari dua bagian yaitu, apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Bagian apa membutuhkan tiga langkah: mencairkan keadaan status, bergerak kesuatu keadaan yang baru, dan membekukan kembali keadaan untuk menjadikannya permanaen. Bagian bagaimana merujuk pada taktis yang digunakan oleh agen tersebut untuk melaksanakan proses perubahan bersangkutan. Perubahan pada suatu bidang dari organisasi kemugkinan akan mendorong timbulnya kekuatan baru untuk perubahan lainnya. 
d.    Model Lippit, Watson dan Wesley
Model ini merupkan perluasan dari 3 langkah proses perubahan dari Lewin. Lippit , Watson, Wesley mengembangkan langkah prosedur perubahan Lewin menjadi 6 frase perubahan yang berencana antara lain :

a. Pengembangan suatu kebutuhan untuk melakukan perubahan 
b. Menciptakan suatu tata hubungan perubahan
c. Melakukan perubahan 
d. Generalisasi dan stabilisasi dari perubahan tersebut
e. Pencapaian suatu tata hubungan terminal
1.      Sekolah Sebagai Sistem Dan Bk Sebagai Sub Sistem

1.      Sekolah Sebagai Sistem

Sekolah sebagai sistem yaitu sekolah  memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses, dan output. Input sekolah berupa manusia yaitu siswa, guna dididik, dilatih, dibimbing dan dikembangkan segala potensi yang dimiliki agar menjadi manusia seutuhnya, selain itu input sumber daya sekolah yaitu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lain sebagai pendidik,pelatih dan pembimbing. Uang, merupakan komponen yang sangat penting guna memperlancar proses. Material atau bahan-bahan sebagai penunjang proses  pembelajaran di sekolah, lalu metode-metode,  cara-cara  atau teknik dan strategi pembelajaran dalam mengatasi dan mempermudah proses tranfer ilmu dan pembelajaran dengan berbagai macam karaktristik dari peserta didik. Serta yang tidak kalah penting yaitu mesin  berupa alat-alat dan teknologi seperti media elektronik, mobil dan media lain guna media pendukung serta objek pembelajaran.

                Sekolah sebagai sebuah sistem adalah mencakup beberapa komponen, dimana masing-masing komponen terdiri atas beberapa faktor. Antara satu dengan lainnya saling terkait sehingga membentuk sebuah sistem.

2.      Bk sebagai sub sistem

Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sistem, yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Sistem bimbingan dan konseling merupakan sub sistem pendidikan, yang saling berhubungan dan bekerja sama pula untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.Sehubungan dengan pola ini, Downing (1968) menegaskan bahwa “The guidance is an integral part of elements withing that program.”

Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.      Fungsi pokok bimbingan dan konseling adalah mengusahakan terselenggaranya suasana kampus dan suasana belajar mengajar yang sehat dan sejahtera.Titik berat orientasinya ditujukan kepada para peserta didik yang sedang mengalami masalah maupun tidak (Guidance for all).
2.      Perlu dibentuk lembaga bimbingan dan konseling yang dikelola oleh tenaga yang profesional disamping dibantu oleh tenaga pengajar (staf educatif).
3.      Kerja bimbingan dan konseling tidak terbatas hanya di ruang bimbingan dan konseling,tetapi program bimbingan dapat dilaksanakan di mana saja baik di fakultas,di muka kelas dan lain sebagainya.
4.      Pendekatan bimbingan bersifat operasional,mempunyai jangkauan yang cukup luas dan bersifat, pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pengembangan.

Adapun kebaikan dari pola Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan adalah sebagai berikut :

1.      Bimbingan tidak terpisahkan dari proses dan program pendidikan, karena ia merupakan sub sistem pendidikan yang eksistensinya tidak dapat diragukan lagi.
2.      Seluruh personil pendidikan,baik sebagai guru / dosen, maupun tenaga administrasi disamping tenaga / guru pembimbing itu sendiri berperan aktif dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
3.      Seluruh siswa mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun kelemahan Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan adalah sebagai berikut :

1.      Konsep pola ini sangat ideal akan tetapi petunjuk operasional sering kurang jelas,sehingga pelaksanaannya sering menemukan kesulitan.
2.      Bila job discription kurang baik,maka akan sering terjadi kesimpang siuran (overlopping) antara fungsi kepala sekolah atau pimpinan perguruan tinggi dengan guru / dosen pembimbing.
3.      Dari kelima pola yang telah dikemukakan di atas dapat pula dijumpai variasi-variasi yang menggabungkan satu pola dengan pola lainnya.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penghapusan sarana prasarana pendidikan

Pengertian Penghapusan

Pengertian Pengawasan dan penilaian sarana prasarana pendidikan.