Perencanan Pendidikan
BAB
II
PEMBAHSAN
PEMBAHSAN
A.
Perencanaan
Pendidikan
Perencannaan atau planning adalah proses pengambil keputusan yang menyangkut apa yang
akan dilakukan di masa mendatang. Adapun pengertian lainya perencanaan adalah
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan
dikerjakan di masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.
Makna perencanaan tidak bisa berdiri sendri
dan terbatas satu pengertian. Hal itu disebabkan beragamnya makna perencanaan dalam
berbagai bidang ilmu. Berikut ini, ragam definisi perencanaan dari berbagai
pakar dan beberapa sumber.
Roger A. Kaufman (harjanto,
1997: 2) mengemukakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi (pikiraan)
tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang absah dan
bernilai.
Banghart dan Trull (sagal, 2003) menyatakan bahwa “
perencanaan adalah awal sari semua proses yang rasional, dan mengandung sifat
optimisme yang didasarkan atas kepercayaan dapat mengatasi berbagai macam
masalah.
Stephen P. Robbins menjelaskan
secara sederhana bahwa perencanaan adalah suatu cara mengantisipasi dan
menyeimbangkan perubahan.
Prajudi Atumusudirdjo membatasi perencanaan sebagai perhitungan dan penentuan tentang sesuatu
yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, orang yang melakukan, danm
orang yang merencanakan.
Bintoro Tjokroamidjojo (1977) menguraikan Bahwa perencanaan dalam arti seluas-luasnya adalah
proses mempersipakan kegiatan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sondang P. Siagian merumuskan
perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Fakry Gaffar mengartikan perencannan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Unsur pengambilan keputusan merupakan unsur
penting dalam perencanaan, yaitu proses pemembangan
dan dan memilih langkah-langkah yang
akan diambil untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam organisasi atau
perusahaan. Pemimpin harus mengambil keputusan tentang ramalan situasi yang
akan terjadi dimasa akan datang.
Sementara itu kata pendidikan memiliki banyak
definisi yang masing-masing definisi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sudut
pandang tokoh atau yang mendefinisikannya, antara lain:
John Dewey Pendidikan
adalah proses pembentukkan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Langeveld
Pendidikan adalah usaha yang sadar untuk mempengaruhi anak dalam usaha
membimbingnya supaya menjadi dewasa.
Hoogveld
Pendidikan adalah proses membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan
tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
Rousseau Pendidikan
adalah usaha memberi pembekalan yang tidak ada pada masa anak, akan tetapi
dibutuhkan pada waktu dewasa.
Ki
Hajar Dewantara : Pendidikan
adalah usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sejumlah ahli pendidikan dunia telah banyak
mendefinisikan tentang perencanaan dan pendidikan. Namun definisi yang
dianggap paling jelas dan sempurna tentang definisi perencanaan pendidikan
adalah definisi yang dikemukakan Philip H. Coombs, yaitu
penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses
pengembangan pendidikan, yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan lebih
efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan murid serta
masyarakat.
Sebagai perbandingan menurut C.E. Beeby, seorang tokoh perencanaan pendidikan yang
lain, mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai
kegiatan melihat kedepan, dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya dan
sistem pendidikan, yang diarahkan kepada kenyataan ekonomis dan politis, untuk
pengembangan sistem pendidikan itu sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan negara
dan murid.[1]
B.
Langkah-langkah
perencanaan sekolah/madrasah
Secara garis besar, langkah-langkah
perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni:
1.
perencanaan strategi
Perencanaan strategi menyangkut penetapan
kebijaksanaan yang diambil dalam soal pendidikan, pendekatan yang dipakai,
serta tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
2.
perencanaan operasional pendidikan.
Sedangkan perencanaan oprasional berkaitan dengan
penetapan alternatif upaya yang dipakai untuk merealisasikan perencanaan
stertegi dan tujuan perencanaan tersebut dalam bentuk metode, prosedur dan
koordinasi.
Perencanaan strategi disebut oleh Cunningham sebagai “ Doing the right things”, sedangkan perencanaan oprasional
disebut sebagai “doing things right”. Jadi dalam
perencanaan strategi yang direncanakan adalah bagaimana melakukan sesuatu yang
benar, sementara dalam perencanaan oprasional yang direncanakan adalah
bagaimana mengerjakan sesuatu itu secara benar.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses
penyusunan perencanaan pendidikan menurut Depdikbud(1982) yaitu:
1.
Pengumpulan dan
pengolahan data, perkembangan pendidikan pada masa sekarang sangat perlu
diketahui dan dipahami secara jelas oleh perencana pendidikan karena gambaran
keadaan itu akan dijadikan dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan.
Langkah pertama mengidentifikasi jenis data yang diperlukan.
2.
Jenis data yang
dikumpulkan berkenaan dengan sistem pendidikan, baik data kuantitatif,
data sarana dan prasarana , keadaan penduduk, geografi dan lapangan kerja.
3.
Diagnosis, data yang
sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data merupakan
proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosis keadaan pendidikan
dapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil
pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum
dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan
kriteria-kriteria seperti relevansi, efektifitas dan efesiensi.
4.
Perumusan kebijakan,
merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa-apa yang akan dijadikan keputusan
oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang pendidikan dirumuskan secara
melembaga oleh pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Biasanya
kebijakan pendidikan sudah dituangkan dalam repelita. Para perencana pendidikan
tetap memegang peranan penting terutama dalam memberikan nasehat teknis dalam
perumusan kebijakan.
5.
Perkiraan kebutuhan
masa depan, perencanaan pendidikan harus mampu memperkirakan kebutuhan masa
depan, sehingga rencana yang lengkap dapat disusun.
6.
Perhitungan biaya,
menghitung untuk semua kebutuhan yang sudah diidentifukasikan di masa datang.
Perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan satuan biaya atau standardisasi
harga yang berlaku untuk setiap kelompok kebutuhan dengan memperhatikan
fluktuasi harga.
7.
Penetapan sasaran,
para perencana pendidikan meneliti sasaran-sasaran pendidikan untuk masa yang
akan datang. Dari sasaran itu ditetapkanlah dana untuk masing-masing tingkatan
sekolah.
8.
Perumusan rencana,
perencanaan yang disusun pada dasarnya ditujukan untuk, mnyajikan serangkaian
rancangan keputusan untuk disetujui dan menyediakan pola secara matang.
9.
Perincian rencana,
rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara, yaitu penyusunan program
dan identifikasi serta perumusan proyek. Penusunan program adalah
membagi-bagikan rencana kedalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam
kelompok ini harus saling menunjang, dan meuju tujuan yang sama.
10. Implementasi rencana, fase ini sudah sampai pada
pelaksanaan rencana yang disusun. Implementasi ini mulai dilakukan apabila
masing-amasing proyek yang diusulkan sudah disahkan. Oleh karena itu kerangka
organisasi untuk berbagai proyek dikembangkan berdasarkan biaya tahunan. Disamping
itu dikembangkan rencana operasionalnya sepefrti pendelegasian wewenang,
penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik dan pengawasannya.
11. Evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan
akhir dari proses perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan
dengan kemajuan/perkembangan dan penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga bermanfaat untuk
melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
12. Revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
rencana. Revisi bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan
rencana yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu (rencana yang sudah
dilaksanakan.
C.
Langkah-langkah
perumusan operasional sekolah
Untuk mengoperasionalkan langkah-langkah
perumusan rencana sekolah, kita dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah
(problem solving). Perencanaan sekolah sekaligus juga akan memecahkan
masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi oleh sekolah. Adapun langkah-langkah
operasional perencanaan sekolah yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah
adalah:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan oleh suatu tim
yang dibentuk oleh yayasan atau kepala sekolah, yang menyangkut substansi
manajemen sekolah yaitu:
o Kegiatan belajar mengajar,
o Kegiatan peserta didik,
o Kegiatan tenaga kependidikan sekolah,
o Prasarana dan sarana sekolah,
o Pendanaan sekolah,
o Partisipasi masyarakat,
o Layanan khusus, dan
o Ketatausahaan sekolah.
2. Identifikasi Alternatif Penyebab
Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi
di atas, kemudian digali juga alternatif penyebab munculnya masalah. Satu
permasalahan dimungkinkan oleh lebih dari satu alternatif penyebab. Alternatif
penyebab masing-masing masalah tersebut, hendaknya yang sebenar mungkin, ialah
yang dialami oleh sekolah tersebut beserta komponen-komponennya. Sebab, jika
alternatif penyebab dan yang dikemukakan di sini bukan yang benar, maka
alternatif pemecahan yang akan dipecahkan juga menjadi tidak benar.
3. Identifikasi Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam mengidentifikasi alternatif pemecahan
masalah, haruslah dipertimbangkan masalah dan alternatif pemecahannya. Suatu
masalah yang sama, dengan alternatif penyebab yang berbeda, bisa membutuhkan
alternatif pemecahan masalah yang berbeda, dan bisa juga membutuhkan alternatif
pemecahan masalah yang sama. Suatu masalah yang berbeda, dengan alternatif
penyebab yang sama, bisa membutuhkan alternatif pemecahan masalah yang sama
atau berbeda. Semakin banyak alternatif pemecahan masalah yang diajukan, akan
semakin mudah didapatkan alternatif pemecahan masalah yang lebih tepat.
4. Identifikasi Faktor Pendukung
Guna menentukan alternatif pemecahan masalah
yang tertepat, diperlukan faktor pendukung yang berupa sumber-sumber potensial
di sekolah tersebut. Sehingga faktor-faktor pendukung bagi altematif pemecahan
masalah yang ada patut diidentifikasi. Ada kalanya faktor pendukung ini berasal
dari dalam sekolah sendiri, dan ada kalanya berasal dan luar. Keduanya perlu
diidentifikasi.
5. Identifikasi Faktor Penghambat
Selain faktor-faktor pendukung bagi altematif
pemecahan masalah, diidentifikasi juga faktor-faktor yang diduga sebagai
penghambatnya agar dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan
altematif yang paling tepat. Faktor-faktor penghambat demikian ini, ada kalanya
bersumber dari dalam sekolah sendiri, tetapi tidak jarang juga berasal dari
luar. Baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar, patut
diidentifikasi.
6. Penentuan Altematif Terpilih
Setelah diperhatikan dengan seksama, serta
berdasarkan banyaknya faktor pendukung dan faktor penghambat,
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah diajukan, dapat dipilih.
Alternatif pemecahan yang dipilih inilah yang dikenal dengan alternatif
terpilih.
Setelah pendekatan pemecahan masalah ini
ditempuh, perencanaan sekolah perlu membahasakan alternatif pemecahan masalah
yang telah diambil ke dalam bahasa perencanaan/program. Alternatif pemecahan
masalah yang telah dipilih (altematif terpilih), ini dibahasakan dengan bahasa
program. Dan bahasa program ini, kemudian ditentukan kapan waktu
pelaksanaannya, berapa biayanya, dan siapa pelaksananya.
D.
Perencanaan
pendidikan yang ideal
Perencanaan merupakan siklus tertentu dan melalui siklus tersebut suatu
perencanaan biasa dievaluasi sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan
penyelesaian perencanaan. Dan secara umum, ada beberapa langkah penting yang
perlu diperhatikan di dalam perencanaan yang baik, yaitu:
1.
Perencanaan
yang efektif dimulai dengan tujuan secara lengkap dan jelas.
2.
Adanya
rumusan kebijaksanaan, yaitu memperhatikan dan menyesuaikan tindakan-tindakan
yang akan dilakukan dengan factor-faktor lingkungan apabila tujuan itu
tercapai.
3.
Analisis
dan penetapan cara dan sarana untuk mencapai tujuan dalam kerangka
kebijaksanaan yang telah dirumuskan.
4.
Penunjukan
orang - orang yang akan menerima tanggung jawab pelaksanaan (pimpinan) termasuk
juga orang yang akan mengadakan pengawasan.
5.
Penentuan
system pengendalian yang memungkinkan pengukuran dan pembandingan apa yang
harus dicapai, dengan apa ya ng telah tercapai, berdasarkan criteria yang telah
ditetapkan.
Dengan demikian, berdasarkan unsur-unsur dan langkah-langkah dalam
perencanaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perencanaan merupakan
suatu proses yang diakui dan perlu dijalani secara sistematik dan berurutan
karena keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah satu property
perencanaan pendidikan.
Langkah penting dalam perencanaan pendidikan
harus meliputi dua macam perencaanaan, yaitu perencanaan makro yang membuat
dimensi yang luas daripada sistem pendidikan dan relasinya dengan perencanaan
dalam bidang sosial dan ekonomi serta perencanaan mikro yang memuat perencanaan
mengenai proses internal daripada sistem pendidikan termasuk pola subsistem sub
sistem yang ada di dalamnya. Agar perencanaan pendidikan dapat berjalan dengan
baik, maka harus sesuai dengan langkah-langkah berikut:
v Penelitian dan diagnosa untuk
mengidentifikasi problema pokok yang dihadapi oleh perencanaan pendidikan.
v Mengadakan training bagi orang-orang agar
mereka mampu mempraktekkan hasil-hasil penelitian dan metodologi perencanaan
itu dalam praktek.
v Menyususn dan mengadakan penyesuaian tata
organisasi dan administrasi agar memungkinkan terlaksananya perencanaan itu.
Agar perencanaan sekolah dapat dilakukan
dengan baik, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi. Perencanaan sekolah
tersebut harus:
1)
Terarah
pada pencapian tujuan sekolah.
2)
Berdasarkan
dari data yang obyektif tentang kondisi sekolah.
3)
Dilakukan
oleh orang yang mampu membuat rencana.
4)
Melibatkan
seluruh komponen sekolah.
5)
Jelas
atau operasional, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan.
6)
Akomodatif
terhadap perkembangan dan permasalahan mendesak.
7)
Berorientasi
kepada masalah yang seobyektif mungkin
BAB
III
PENUTUPAN
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
perencanaan pendidikan sebagai kegiatan melihat kedepan, dalam menentukan
kebijaksanaan, prioritas, biaya dan sistem pendidikan, yang diarahkan kepada
kenyataan ekonomis dan politis, untuk pengembangan sistem pendidikan itu
sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan negara dan murid.
DAFTAR
PUSTAKA
Sarbaini,
Neneng Lina, perencanaan pendidikan (
Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Eka
Prihatin, Menejemen Peserta Didik (
Bandung: ALFABET, 2011)
Komentar
Posting Komentar