Pengertian Model Pembelajaran Sentra

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran atau “Beyond Center and Circle Time” (Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran) atau lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra, sentra belajar (learning center atau learning areas)1 merupakan model pembelajaran yang berfokus pada anak. Pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran.Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan
seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main pembangunan.
Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main. Pada pembelajarannya dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu (1) pijakan lingkungan main; (2) pijakan sebelum main; (3) pijakan selama main; dan (4) pijakan setelah main. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah,disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak dan diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang berkedudukan di Florida, Amerika Serikat, selama 25 tahun dan telah terakreditasi oleh National Association Early Young Childhood (NAEYC) sebagai model pembelajaran yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat.
 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini telah menerjemahkan bahan-bahan pelatihan model pembelajaran sentra dan telah memperoleh copyright dari CCCRT selama lima tahun (2004-2009). Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran merupakan pengembangan dari metode Montessory, High Scope dan Reggio Emilio, yang memfokuskan kegiatan anak di sentra-sentra atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak (sembilan kecerdasan jamak). Model pembelajaran sentra dianggap paling ideal diterapkan di Tanah Air, selain tidak memerlukan peralatan yang banyak, tapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan. Model pembelajaran sentra mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligent) melalui bermain yang terarah. Setting pembelajaran mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Jelas berbeda dengan pembelajaran masa silam yang menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghafal.
a.  Teori pengetahuan Piaget mengatakan bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri manusia dan tinggal mengkonstruk saja.
b. Teori Perkembangan (Theory of Development) Manusia memiliki pola perkembangan dan karakteristik dari bayi hingga dewasa. Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya memiliki karakteristik tertentu.
c. Teori Belajar (Learning Theory) Sesuai dengan program pendidikan bagi anak usia dini yaitu
penerapan pembelajaran yang tepat dengan pendekatan bermain, bahwa dari teori pengembangan tersebut dapat dilihat anak memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing). Pada hakikatnya anak senang bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa terkecuali. Melalubermain, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa
 Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1) Bermain harus muncul dalam diri anak.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat.
3) Bermain adalah aktivitas yang nyata dan sesungguhnya.
4) Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil.
5) Bermain harus didominasi oleh pemain.
6) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
2.2       Standarnya ( APE )
Pelaku permainan akan  mengalami dan merasakan manfaat secara langsung. Hal ini berbeda dengan kegiatan belajar diruang kelas yang lebih menonjolkan aspek kognitif. Meskipun demikian, kegiatan belajar yang efektif adalah dilakukan dengan belajar langsung, dimana siswa bisa merasakan dan mengalami langsung apa yang mereka pelajari. Kegiatan bermain dan belajar berbeda jika ditinjau secara akademis. Keterampilan akademis, seperti berhitung, menulis dan membaca biasa dikuasai dengan proses belajar di kelas. Meskipun demikian bukan berarti aktivitas bermain tidak berperan penting, keterampilan lain yang berhubungan dengan Basic Life Skill, seperti keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, bernegosiasi, dan bekerjasama dalam tim, bisa dipelajari dari proses bermain.
Dimata anak-anak, ada beberapa alasan kenapa permainan dibutuhkan sebagai media pembelajarnya. Menurut Sudono (2006: 20) beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Anak-anak membutuhkan pengalaman yang kaya, bermakna, dan menarik, (2) Otak anak senang pada sesuatu yang baru dan hal hal baru yang menantang dan menarik, (3) Rangsangan otak sensori multimedia penting dalam pembelajaran. Makin   banyak yang terlibat (visual, audio, dan audio visual) dalam suatu aktivitas, makin besar pula kemungkinan siswa untuk belajar, (4) Anak umumnya senang bergerak, jadi jangan lupa memasukan gerak dalam pembelajaran, (5) Pengulangan adalah kunci belajar. Berikan kegiatan yang membuat siswa dapat mengulang pembelajaran tanpa rasa bosan dan jenuh, (6) Permainan (games) menyenangkan bagi anak. Keinginan untuk belajar dapat meningkat dengan adanya tantangan dan terhabat oleh ancaman yang disertai oleh rasa tidak mampu atau kelelahan kompetensi yang dicapai melalui hasil permainan 
Permainan yang diselenggarakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi khsusnya kompetensi yang erat kaitannya dengan perkembangan anak. Ralibi (2008: 23) mengemukakan tentang kompetensi dari hasil permainan adalah sebagai berikut: (1) Self Awareness, yaitu kemampuan menyadari emosi dan pikiran di dalam diri sendiri serta menyadari tindakan apa yang harus dilakukan atas emosi yang sedang disadarinya.(2) Self Direction, yaitu kemampuan menggunakan pilihan-pilihan dalam mengahdapi persoalan.(3) Self Management, Yaitu keampuan mengelola ataumengorganisasi persoalan atautugas secara mandiri.(4) Empathy, kemampuan menyadari emosi yang dirasakan oleh orang lain. (5)Assertive, yaitu kemampuan mengkondisikan  diri diantara perilaku submisif (cenderung mengikuti) dan agresif. (6) Followership, yaitu kemampuan memosisikan diri untuk dipimpin orang lain. (7) Craetive Thinking, yaitu kemampuan berpikir dengan car memadukan pengalaman pikiran dan tindakannya dalam menghadapi persoalan. (8) Team Work, yaitu kemampuan bekerjasama dalam sebuah tim. (9) Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan. (10) Oppeness, yaitu kemampuan membuka diri terhadap oranglain. (11) Team Spirit. yaitu kemampuan menghidupkan semangat secara kolektif. (12) Effective Comunication, yaitu kemampuan berinteraksi satu sama lain secara verbal maupun non verbal. (13) Self Communication, yaitu kemampuan beinteraksi satu sama lain baik secara verbal maupun nonverbal. (14) Self Motivation, yaitu kemampuan memacu motivasi di dalam diri     
3.  Syarat pemilihan dan penggunaan alat dan bahan permainan  
            Selain permainan yang dapat dilaksanakan tanpa bantuan alat, permainan juga dapat dilakukan dengan alat bantu alat permainan. Beberapa   aspek   yang   perlu   diperhatikan   dalam   memilih   bahan  dan   peralatan   belajar   dan   bermain   anak yaitu:
Pilih alat atau bahan yang mengundang perhatian anak,   Alat    dan   bahan    dapat  memuaskan  kebutuhan     anak,   menarik minat   dan   menyentuh   perasaan   mereka   baik   dari   warna,   jenis,   bentuk, ukuran   atau   berat.   Jenis   dan   bentuk   alat   belajar   juga   akan   berpengaruh          terhadap   perkembangan   belajar   anak.  Oleh karena   itu   pilih   yang   bobotnya tidak    terlalu   berat   sehingga    anak    mudah     memindah-mindahkannya, kecuali memang peralatan tersebut dirancang khusus untuk tidak dipindah, digeser atau dibawa oleh anak. Pilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia anak.   Dalam mencari alat permainan kita  harus mempelajari  perkembangan dan ciri-ciri belajar anak sebagaimana karakteristik anak.
Pilih alat atau bahan yang memiliki unsur multiguna. Alat   dan  bahan   mainan  ini  dapat  memenuhi    bermacam-macam tujuan     pengembangan        atau   jika    memungkinkan  seluruh    aspek perkembangan   anak   dan   dapat   dipergunakan   secara   fleksibel   dan   serba guna. Misalnya ketika anak bermain dengan balok ia akan berfikir untuk membangun sesuatu dari balok (kognitif) membolak-balik/mengeksploras balok tersebut (motorik halus) membuat bangunan baru/aneh (kreatif) atau kerjasama dengan temannya untuk menyusun balok (sosial).
Alat    permainan     sebaiknya    beraneka    macam      sehingga    anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainan.Pilih    bahan     yang    dapat    memperluas       kesempatan      anak    untuk  menggunakannya dengan bermacam cara. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan dengan rentang usia anak. Peralatan mainan tidak terlalu rapuh
Pilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan tidak meniru-niru. Sebaiknya alat   atau    bahan    yang     dipilih   tidak   dibedakan     berdasarkan jenis  kelamin. Pada    anak   usia  dini   perlu   diperkenalkan     berbagai peran dan hal.
Pilih alat dan bahan yang sesuai dengan filsafat dan nafas pendidikan.  Alat   dan   bahan   ini   sering   disebut   dengan   APE   (Alat   Permainan     Edukatif)   untuk   mendapatkan  dapat  berkonsultasi   dengan   seorang   ahli baik  , ahli  mainan,  pendidik    anak   psikolog    atau   perawat    anak   yang  profesional.
4.   Penggolongan kegiatan bermain anak berdasarkan dimensi perkembangan
Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan anak menurut Gordon dalam Moeslichatoen (2004:37) dibagi dalam 4 golongan yaitu: “ Bermain secara soliter, bermain secara parallel, bermain secara asosiatif, dan bermain secara kooperatif”. Bermain soliter artinya bermain sendiri tanpa teman. Bermain parallel artinya  kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat permainan yang sama, tetapi masing-masing anak bermain sendiri. Bermain Asosiatif artinya anak bermain dalam permainan yang  sama tapi tidak ada peraturan. Sedangkan bermain kooperatif adalah Masing-masing anak memiliki peran tertentu guna mencapai tujuan bermain. Anak-anak dari kelompok usia akan menunjukan tahapan perkembangan bermain sosial yang berbeda-beda.
Penggolongan kegiatan bermain tersebut diatas dilakukan oleh anak-anak sesuai dengan perkembangan anak secara fitrah. Penggolongan tersebut merupakan tahapan-tahapan perkembangan bermain anak. Anak dapat bermain sendiri dengan bimbingan orang tua atau guru, permainan saling meniru dengan teman, bermain bersama dengan permainan yang mengandung unsur kompetisi. Perkembangan kecerdasan personal anak sangat dirasakan manfaatnya.
            Dalam proses permainan terdapat unsur aturan-aturan yang harus ditaati, mengerti orang lain, toleransi, kerjasama dan persahabatan. Oleh karena itu melalui permainan anak dapat dirangsang dan dilatih kecerdasan personalnya karena anak dapat berinteraksi sosial dan berempati.           
5. Kegiatan bermain anak berdasarkan kegemaran
Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak, dibagi menjadi 4 macam, yaitu:Bermain bebas dan spontan Bermain Pura-pura, dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk: Minat pada personifikasi (bicara pada boneka atau benda-benda mati) Bermain dengan menggunakan peralatan (minum dengan menggunakan cangkir kosong, dll) Bermain pura-pura dalam situasi tertentu, misalnya situasi dalam keluarga, tempat praktek dokter,dan sebagainya)
2.3     Kelompok Belajar ( APE )
Untuk dapat melihat dan memahami secara lebih mendalam mengenai apakah suatu alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak TK atau tidak, terdapat beberapa ciri yang harus dipenuhinya yaitu: alat permainan tersebut ditujukan untuk anak TK difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak TK  dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna aman atau tidak berbahaya bagi anak  dirancang untuk mendorong aktifitas dan kreatifitas anak bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan mengandung nilai pendidikan Alat permainan edukatif (APE) untuk anak TK selalu dirancang dengan pemikiran. 
Mendalam tentang karakteristik anak dan disesuaikan dengan rentang usia anak TK.  APE untuk tiap kelompok usia dirancang secara berbeda. Untuk anak pada rentang usia 2 - 4 tahun tentunya berbeda dengan APE untuk anak pada rentang usia 4 - 6 tahun. Sebagai contoh dalam pembuatan Puzzle. Puzzle merupakan salah satu jenis APE yang menarik untuk diperkenalkan kepada anak TK.    
Gambar 2 Puzzle 
Puzzle untuk anak usia 2 - 4 tahun memiliki bentuk sederhana dengan potongan atau keping puzzle yang sederhana pula dan jumlahnya pun tidak terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle untuk anak usia 4 - 6 tahun jumlah kepingannya lebih banyak lagi. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa anak pada rentang usia 5 – 6 tahun telah memiliki kemampuan dan kematangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada rentang usia dibawahnya. Oleh karena itu sangatlah jelas bahwa APE dirancang dan ditujukan untuk anak dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangannya termasuk masalah perbedaan usia. Perbedaan rentang usia anak menjadi hal yang sangat fondasional untuk diperhatikan karena perbedaan usia berpengaruh terhadap tahap perkembangan dan kemampuan  yang dimiliki anak.  APE juga difungsikan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak usia dini. Aspek-aspek yang dikembangkan meliputi aspek moral, agama, sosial, emosi, bahasa,
kognitif, fisik-motorik dan seni. APE yang dirancang untuk mengembangkan aspek kognitif biasanya dapat digunakan anak untuk melatih daya nalarnya. APE jenis ini dirancang dengan rancangan tertentu baik dari segi bentuk, ukuran dan warnanya.  APE jenis ini dikembangkan khusus pula, jadi jika anak salah mengerjakan dia pulalah yang segera menyadarinya dan membetulkannya. Contohnya loto warna dan bentuk. Anak usia dini dapat diperkenalkan pada loto jenis ini untuk melatih motorik halus dan daya nalarnya.  
2.4       Aspek Yang di Kembangkan (Motorik Halus) dan (motorik Kasar)
Pengembangan motorik adalah proses seorang anak belajar untuk tampil menggerakkan anggota tubuh. Seefel (dalam Moelichatoen, 1999), menggolongkan tiga keterampilan motorik anak, yaitu:
1. Keterampilan lokomotorik : berjalan, berlari, meloncat, meluncur,
2. Keterampilan nonlokomotorik (menggerakkan bagian tubuh dengan anak diam di tempat): menggangkat, mendorong, melengket, berayun, menarik;
3. Keterampilan memproyeksi dan menerima/menagkap benda: menangkap, melempar.
Dalam mengembangkan kemampuan motoriknya, anak juga mengembangkan kemampuan mengamati, mengingat hasil pengamatannya dan pengalamannya. Anak juga harus memiliki keterampilan dasar terlebih dahulu sebelum ia mampu memadukannya dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks. Secara umum ada dua macam gerakan motorik, yaitu gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus yang akan diuraikan berikut ini.
a.         Gerakakn Motorik Kasar Anak Usia Tk
Perekembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan motorik kasar dan gerakan  motorik halus. Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi sebagain besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan gerakan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan satu kaki. Untuk merangsang motorik kasar menurut anak menurut Hadis (2003) dapat dilakukan dengan melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras, bersiul, membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian, dan sebaginya. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Untuk melatih motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya dengan melatih anak berdiri di atas satu kaki. Dalam perkembangannya, motorik kasar berkembang lebih dahulu daripada motorik halus. Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk menggunting dan meronce.

B.     Tahap –tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
1.      Tahap Kognitif  
Pada tahap kognitif, anak berusaha memahami keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan satu gerakan tertentu.
2.      Tahap Asosiatif
Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan caara coba – coba kemudian meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali dimasa mendatang
3.      Tahap autonomous
Pada tahap ini, gerakan yang ditampilkan anaak merupakan respon yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan . anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis
Pentingnya Meningkatkan Perkembangan Motorik Anak USia Dini
Pertumbuhan fisik anak diharapkan dapat terjadi secara optimal karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi  perilaku sehari – hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan dalam bergerak. Secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik motorik akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Prinsip perkembangan motorik Anak Usia Dini
Ada 5 prinsip utama perkembangan motorik menurut Malina dan Bouchard (1991)
a.       Kematangan
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerak tersebut.
b.      Urutan
1.    Urutan pertama disebut perbedaan yang mencakup perkembangan secara perlahan dari gerakan motorik kasar yang belum terarah kegerakan yang lebih terarah sesuai dengan fungsi gerakan motorik
2.   Urutan kedua adalah keterpaduan yaitu kemampuan dalam menggabungkan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik
c.       Motivasi
Kematang motorik memotivasi anak untuk melakukan aktivitas motorik dalam lingkup yang luas. Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar.
d.      Pengalaman
Latihan dan pendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditunjukkan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.
e.       Praktik
Beberapa kebutuhan anak usia dini yang nerkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu dipraktikkan anak dengan bimbingan guru.
b.         Gerakan Motorik Halus Anak Usia Tk
Motorik halus adalah keterampilan menggunakan media dengan koordinasi antara mata dan tangan sehingga gerakan tangan perlu du kembangkankan dengan baik agar keterampilan dasar yang meliputi membuat garis dan alat bermain.[1]
Gerakan motorik halus apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat gigi, menyisir, membuka dan menutup retsluiting, memakai sepatu sendiri, mengancing pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu.
Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan membuat gambar. Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 tahun. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau crayon untuk menggambar. Perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering melatih keterampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan melompat tali (skipping), atau melompat-lompat dengan bola besar (hoping). Sedangkan anak laki-laki lebih senang melatih keterampilan melempar, menagkap dan menendang bola atau berprilaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan. Ada beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan gerakan motorik anak, misalnya aktivitas berjalan di atas papan, olahraga (melompat tali, renang, sepak bola, bulu tangkis, senam, bersepeda), menari, atau bermain drama

















BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan          
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan seperangkat instrumen, baik merupakan metode atau cara maupun perkakas yang digunakan seseorang dalam rangka mendidik anak dengan menekankan konsep bermain sambil belajar. Dari sudut pandang orang tua atau pendidik APE memilik arti yang sangat penting. Karena dapat membantu dan memudahkan mereka dalam mendampingi proses pembelajaran pada anak usia dini. Sedangkan dari sudut pandang anak-anak APE memiliki arti penting sebagai berikut: dapat mengembangkan konsentrasi anak, dapat mengatasi keterbatasan bahasa anak, dapat mendorong anak bersosialisasi, dapat menambah daya  ingat dan pemahaman anak mengenai sesuatu.
Kemudian dalam memilih alat permainan untuk anak, orang tua atau pendidik sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip APE (yang mencakup: prinsip produktivitas, prinsip aktivitas, prinsip kreativitas, prinsip efektifitas dan efisiensi serta prinsip mendidik yang menyenangkan) dan ciri-ciri alat permainan yang baik untuk anak (yang meliputi: Desain Mudah dan Sederhana, Multifungsi, menarik, awet, berukuran besar, tidak membahayakan, sesuai kebutuhan, barang murah dan mudah didapat, bukan karena kelucuan atau kebagusannya, mendorong anak untuk bermain bersama, serta dapat mengembangkan daya fantasi anak)
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa banyak sekali kekurangan. Maka dari itu, saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang dapat membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

















DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono,Sumber Belajar dan Alat Permainan,(Jakarta:PT Grasinto,2000).
           


[1] Anggani Sudono,Sumber Belajar dan Alat Permainan,(Jakarta:PT Grasinto,2000) hal.54

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penghapusan sarana prasarana pendidikan

Pengertian Penghapusan

Pengertian Pengawasan dan penilaian sarana prasarana pendidikan.