Pengertian Model Pembelajaran Sentra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran atau “Beyond Center
and Circle Time” (Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran) atau lebih
dikenal dengan model pembelajaran sentra, sentra belajar (learning center atau
learning areas)1 merupakan model pembelajaran yang berfokus pada anak.
Pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran.Sentra
main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan
seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main pembangunan.
seperangkat alat main, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main pembangunan.
Sedangkan saat lingkaran adalah saat pendidik duduk
bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang
dilakukan sebelum dan sesudah main. Pada pembelajarannya dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu (1) pijakan lingkungan main; (2) pijakan
sebelum main; (3) pijakan selama main; dan (4) pijakan setelah main. Pijakan
adalah dukungan yang berubah-ubah,disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai
anak dan diberikan sebagai pijakan untuk
mencapai perkembangan yang lebih tinggi. Pembelajaran
sentra merupakan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh
Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) yang
berkedudukan di Florida, Amerika Serikat, selama 25 tahun dan telah
terakreditasi oleh National Association Early Young Childhood (NAEYC) sebagai
model pembelajaran yang direkomendasikan dapat diterapkan di Amerika Serikat.
Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini telah menerjemahkan bahan-bahan pelatihan model
pembelajaran sentra dan telah memperoleh copyright dari CCCRT selama lima tahun
(2004-2009). Model pembelajaran sentra dan saat lingkaran merupakan
pengembangan dari metode Montessory, High Scope dan Reggio Emilio, yang memfokuskan
kegiatan anak di sentra-sentra atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh
kecerdasan anak (sembilan kecerdasan jamak). Model pembelajaran
sentra dianggap paling ideal diterapkan di Tanah Air, selain tidak memerlukan
peralatan yang banyak, tapi kecerdasan anak tetap bisa dioptimalkan. Model
pembelajaran sentra mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple
intelligent) melalui bermain yang terarah. Setting pembelajaran mampu
merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berfikir dengan menggali
pengalaman sendiri. Jelas berbeda dengan pembelajaran masa silam yang
menghendaki murid mengikuti perintah, meniru, atau menghafal.
a. Teori pengetahuan Piaget mengatakan bahwa manusia itu mempunyai pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri manusia dan tinggal mengkonstruk saja.
yang dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri manusia dan tinggal mengkonstruk saja.
b. Teori Perkembangan (Theory of Development) Manusia
memiliki pola perkembangan dan karakteristik dari bayi hingga
dewasa. Para ahli psikologi berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya
memiliki karakteristik tertentu.
c. Teori Belajar (Learning Theory) Sesuai
dengan program pendidikan bagi anak usia dini yaitu
penerapan pembelajaran yang tepat dengan pendekatan bermain, bahwa dari teori pengembangan tersebut dapat dilihat anak memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing). Pada hakikatnya anak senang bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa terkecuali. Melalubermain, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
penerapan pembelajaran yang tepat dengan pendekatan bermain, bahwa dari teori pengembangan tersebut dapat dilihat anak memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil belajar (learning by playing). Pada hakikatnya anak senang bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa terkecuali. Melalubermain, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam bermain adalah :
1) Bermain harus muncul dalam diri anak.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat.
3) Bermain adalah aktivitas yang nyata dan sesungguhnya.
4) Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil.
5) Bermain harus didominasi oleh pemain.
6) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat.
3) Bermain adalah aktivitas yang nyata dan sesungguhnya.
4) Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil.
5) Bermain harus didominasi oleh pemain.
6) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
2.2 Standarnya ( APE )
Pelaku permainan akan mengalami
dan merasakan manfaat secara langsung. Hal ini berbeda dengan kegiatan belajar
diruang kelas yang lebih menonjolkan aspek kognitif. Meskipun demikian,
kegiatan belajar yang efektif adalah dilakukan dengan belajar langsung, dimana
siswa bisa merasakan dan mengalami langsung apa yang mereka pelajari. Kegiatan
bermain dan belajar berbeda jika ditinjau secara akademis. Keterampilan
akademis, seperti berhitung, menulis dan membaca biasa dikuasai dengan proses
belajar di kelas. Meskipun demikian bukan berarti aktivitas bermain tidak
berperan penting, keterampilan lain yang berhubungan dengan Basic Life
Skill, seperti keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, bernegosiasi,
dan bekerjasama dalam tim, bisa dipelajari dari proses bermain.
Dimata anak-anak, ada beberapa alasan
kenapa permainan dibutuhkan sebagai media pembelajarnya. Menurut Sudono (2006:
20) beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Anak-anak membutuhkan
pengalaman yang kaya, bermakna, dan menarik, (2) Otak anak senang pada sesuatu
yang baru dan hal hal baru yang menantang dan menarik, (3) Rangsangan otak
sensori multimedia penting dalam pembelajaran. Makin banyak yang
terlibat (visual, audio, dan audio visual) dalam suatu aktivitas, makin besar
pula kemungkinan siswa untuk belajar, (4) Anak umumnya senang bergerak, jadi
jangan lupa memasukan gerak dalam pembelajaran, (5) Pengulangan adalah kunci
belajar. Berikan kegiatan yang membuat siswa dapat mengulang pembelajaran tanpa
rasa bosan dan jenuh, (6) Permainan (games) menyenangkan bagi anak. Keinginan
untuk belajar dapat meningkat dengan adanya tantangan dan terhabat oleh ancaman
yang disertai oleh rasa tidak mampu atau kelelahan kompetensi
yang dicapai melalui hasil permainan
Permainan yang diselenggarakan dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi khsusnya kompetensi yang erat
kaitannya dengan perkembangan anak. Ralibi (2008: 23) mengemukakan tentang
kompetensi dari hasil permainan adalah sebagai berikut: (1) Self
Awareness, yaitu kemampuan menyadari emosi dan pikiran di dalam diri sendiri
serta menyadari tindakan apa yang harus dilakukan atas emosi yang sedang
disadarinya.(2) Self Direction, yaitu kemampuan menggunakan
pilihan-pilihan dalam mengahdapi persoalan.(3) Self Management, Yaitu
keampuan mengelola ataumengorganisasi persoalan atautugas secara
mandiri.(4) Empathy, kemampuan menyadari emosi yang dirasakan oleh
orang lain. (5)Assertive, yaitu kemampuan mengkondisikan diri
diantara perilaku submisif (cenderung mengikuti) dan agresif. (6) Followership,
yaitu kemampuan memosisikan diri untuk dipimpin orang lain. (7) Craetive
Thinking, yaitu kemampuan berpikir dengan car memadukan pengalaman pikiran
dan tindakannya dalam menghadapi persoalan. (8) Team Work, yaitu
kemampuan bekerjasama dalam sebuah tim. (9) Problem Solving, yaitu kemampuan
memecahkan persoalan. (10) Oppeness, yaitu kemampuan membuka
diri terhadap oranglain. (11) Team Spirit. yaitu kemampuan
menghidupkan semangat secara kolektif. (12) Effective Comunication, yaitu
kemampuan berinteraksi satu sama lain secara verbal maupun non verbal.
(13) Self Communication, yaitu kemampuan beinteraksi satu sama lain
baik secara verbal maupun nonverbal. (14) Self Motivation, yaitu
kemampuan memacu motivasi di dalam diri
3. Syarat pemilihan dan penggunaan alat dan bahan permainan
Selain
permainan yang dapat dilaksanakan tanpa bantuan alat, permainan juga dapat
dilakukan dengan alat bantu alat permainan. Beberapa
aspek yang perlu diperhatikan
dalam memilih bahan dan
peralatan belajar dan bermain
anak yaitu:
Pilih alat atau bahan yang mengundang perhatian
anak, Alat dan
bahan dapat memuaskan
kebutuhan anak, menarik minat
dan menyentuh perasaan mereka
baik dari warna, jenis, bentuk,
ukuran atau berat. Jenis dan
bentuk alat belajar juga
akan
berpengaruh
terhadap perkembangan belajar anak.
Oleh karena itu pilih yang
bobotnya tidak terlalu berat
sehingga anak mudah
memindah-mindahkannya, kecuali memang peralatan tersebut dirancang khusus untuk
tidak dipindah, digeser atau dibawa oleh anak. Pilih bahan yang
mencerminkan karakteristik tingkat usia anak. Dalam mencari alat
permainan kita harus mempelajari perkembangan dan ciri-ciri belajar
anak sebagaimana karakteristik anak.
Pilih alat atau bahan yang memiliki unsur multiguna.
Alat dan bahan mainan ini dapat
memenuhi bermacam-macam tujuan
pengembangan atau
jika memungkinkan seluruh aspek
perkembangan anak dan dapat
dipergunakan secara fleksibel
dan serba guna. Misalnya ketika anak bermain dengan balok ia
akan berfikir untuk membangun sesuatu dari balok (kognitif)
membolak-balik/mengeksploras balok tersebut (motorik halus) membuat bangunan
baru/aneh (kreatif) atau kerjasama dengan temannya untuk menyusun balok
(sosial).
Alat
permainan sebaiknya
beraneka macam
sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat
permainan.Pilih bahan
yang dapat
memperluas
kesempatan anak untuk
menggunakannya dengan bermacam cara. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan
dengan rentang usia anak. Peralatan mainan tidak terlalu rapuh
Pilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan
tidak meniru-niru. Sebaiknya alat atau bahan
yang dipilih tidak
dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
Pada anak usia dini
perlu diperkenalkan berbagai peran dan hal.
Pilih
alat dan bahan yang sesuai dengan filsafat dan nafas pendidikan.
Alat dan bahan ini sering
disebut dengan APE (Alat
Permainan Edukatif) untuk
mendapatkan dapat berkonsultasi dengan
seorang ahli baik , ahli mainan,
pendidik anak psikolog
atau perawat anak yang
profesional.
4. Penggolongan kegiatan bermain anak berdasarkan
dimensi perkembangan
Penggolongan kegiatan bermain sesuai
dengan dimensi perkembangan anak menurut Gordon dalam Moeslichatoen (2004:37)
dibagi dalam 4 golongan yaitu: “ Bermain secara soliter, bermain secara
parallel, bermain secara asosiatif, dan bermain secara kooperatif”. Bermain
soliter artinya bermain sendiri tanpa teman. Bermain parallel artinya
kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat
permainan yang sama, tetapi masing-masing anak bermain sendiri. Bermain
Asosiatif artinya anak bermain dalam permainan yang sama tapi tidak ada
peraturan. Sedangkan bermain kooperatif adalah Masing-masing anak memiliki
peran tertentu guna mencapai tujuan bermain. Anak-anak dari kelompok usia akan
menunjukan tahapan perkembangan bermain sosial yang berbeda-beda.
Penggolongan kegiatan bermain tersebut
diatas dilakukan oleh anak-anak sesuai dengan perkembangan anak secara fitrah.
Penggolongan tersebut merupakan tahapan-tahapan perkembangan bermain anak. Anak
dapat bermain sendiri dengan bimbingan orang tua atau guru, permainan saling
meniru dengan teman, bermain bersama dengan permainan yang mengandung unsur
kompetisi. Perkembangan kecerdasan personal anak sangat dirasakan manfaatnya.
Dalam proses
permainan terdapat unsur aturan-aturan yang harus ditaati, mengerti orang lain,
toleransi, kerjasama dan persahabatan. Oleh karena itu melalui permainan anak
dapat dirangsang dan dilatih kecerdasan personalnya karena anak dapat
berinteraksi sosial dan berempati.
5. Kegiatan bermain anak berdasarkan kegemaran
Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak, dibagi menjadi 4
macam, yaitu:Bermain bebas dan spontan Bermain Pura-pura, dapat dibedakan menjadi
beberapa bentuk: Minat pada personifikasi
(bicara pada boneka atau benda-benda mati) Bermain
dengan menggunakan peralatan (minum dengan menggunakan cangkir kosong, dll) Bermain pura-pura dalam situasi tertentu,
misalnya situasi dalam keluarga, tempat praktek dokter,dan sebagainya)
2.3 Kelompok Belajar ( APE )
Untuk dapat melihat dan memahami secara lebih
mendalam mengenai apakah suatu alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat
permainan edukatif untuk anak TK atau tidak, terdapat beberapa ciri yang harus
dipenuhinya yaitu: alat permainan tersebut ditujukan untuk anak TK difungsikan
untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak TK dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk,
dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna aman atau
tidak berbahaya bagi anak dirancang untuk mendorong aktifitas dan
kreatifitas anak bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan mengandung
nilai pendidikan Alat permainan edukatif (APE) untuk anak TK selalu dirancang
dengan pemikiran.
Mendalam tentang karakteristik anak dan disesuaikan
dengan rentang usia anak TK. APE untuk
tiap kelompok usia dirancang secara berbeda. Untuk anak pada rentang usia 2 - 4
tahun tentunya berbeda dengan APE untuk anak pada rentang usia 4 - 6 tahun.
Sebagai contoh dalam pembuatan Puzzle. Puzzle merupakan salah satu jenis APE
yang menarik untuk diperkenalkan kepada anak TK.
Gambar
2 Puzzle
Puzzle untuk anak usia 2 - 4 tahun memiliki bentuk
sederhana dengan potongan atau keping puzzle yang sederhana pula dan jumlahnya
pun tidak terlalu banyak. Berbeda dengan puzzle untuk anak usia 4 - 6 tahun
jumlah kepingannya lebih banyak lagi. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan
bahwa anak pada rentang usia 5 – 6 tahun telah memiliki kemampuan dan
kematangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada rentang usia dibawahnya.
Oleh karena itu sangatlah jelas bahwa APE dirancang dan ditujukan untuk anak
dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangannya termasuk masalah
perbedaan usia. Perbedaan rentang usia anak menjadi hal yang sangat fondasional
untuk diperhatikan karena perbedaan usia berpengaruh terhadap tahap
perkembangan dan kemampuan yang dimiliki
anak. APE juga difungsikan untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak usia dini. Aspek-aspek yang
dikembangkan meliputi aspek moral, agama, sosial, emosi, bahasa,
kognitif, fisik-motorik dan seni. APE yang dirancang
untuk mengembangkan aspek kognitif biasanya dapat digunakan anak untuk melatih
daya nalarnya. APE jenis ini dirancang dengan rancangan tertentu baik dari segi
bentuk, ukuran dan warnanya. APE jenis
ini dikembangkan khusus pula, jadi jika anak salah mengerjakan dia pulalah yang
segera menyadarinya dan membetulkannya. Contohnya loto warna dan bentuk. Anak
usia dini dapat diperkenalkan pada loto jenis ini untuk melatih motorik halus
dan daya nalarnya.
2.4 Aspek Yang di Kembangkan (Motorik Halus)
dan (motorik Kasar)
Pengembangan motorik adalah proses seorang anak
belajar untuk tampil menggerakkan anggota tubuh. Seefel (dalam Moelichatoen,
1999), menggolongkan tiga keterampilan motorik anak, yaitu:
1. Keterampilan
lokomotorik : berjalan, berlari, meloncat, meluncur,
2. Keterampilan nonlokomotorik
(menggerakkan bagian tubuh dengan anak diam di tempat): menggangkat, mendorong,
melengket, berayun, menarik;
3. Keterampilan
memproyeksi dan menerima/menagkap benda: menangkap, melempar.
Dalam mengembangkan kemampuan motoriknya, anak juga
mengembangkan kemampuan mengamati, mengingat hasil pengamatannya dan
pengalamannya. Anak juga harus memiliki keterampilan dasar terlebih dahulu
sebelum ia mampu memadukannya dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks.
Secara umum ada dua macam gerakan motorik, yaitu gerakan motorik kasar dan
gerakan motorik halus yang akan diuraikan berikut ini.
a.
Gerakakn
Motorik Kasar Anak Usia Tk
Perekembangan motorik anak terbagi menjadi dua
bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan motorik kasar dan
gerakan motorik halus. Gerakan motorik kasar terbentuk saat anak
mulai memiliki koordinasi sebagain besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu,
biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.
Pengembangan gerakan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok
otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat,
memanjat, berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan satu kaki.
Untuk merangsang motorik kasar menurut anak menurut Hadis (2003) dapat
dilakukan dengan melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras, bersiul,
membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri di
atas satu kaki, berjalan di titian, dan sebaginya. Gerakan motorik kasar
melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini
mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Untuk melatih motorik kasar anak
dapat dilakukan, misalnya dengan melatih anak berdiri di atas satu kaki. Dalam
perkembangannya, motorik kasar berkembang lebih dahulu daripada motorik halus.
Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya
untuk berjalan sebelum ia dapat mengontrol tangan dan jari-jarinya untuk
menggunting dan meronce.
B. Tahap
–tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
1. Tahap
Kognitif
Pada tahap kognitif, anak berusaha memahami
keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan satu
gerakan tertentu.
2. Tahap
Asosiatif
Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan
caara coba – coba kemudian meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan
dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali dimasa mendatang
3. Tahap
autonomous
Pada tahap ini, gerakan yang ditampilkan anaak
merupakan respon yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan . anak sudah
menampilkan gerakan secara otomatis
Pentingnya
Meningkatkan Perkembangan Motorik Anak USia Dini
Pertumbuhan fisik anak diharapkan dapat terjadi
secara optimal karena secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku sehari – hari. Secara langsung, pertumbuhan
fisik anak akan menentukan keterampilan dalam bergerak. Secara tidak langsung
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik motorik akan mempengaruhi cara anak
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
Prinsip
perkembangan motorik Anak Usia Dini
Ada
5 prinsip utama perkembangan motorik menurut Malina dan Bouchard (1991)
a. Kematangan
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat
ditentukan oleh kematangan syaraf yang mengatur gerak tersebut.
b. Urutan
1. Urutan pertama
disebut perbedaan yang mencakup perkembangan secara perlahan dari gerakan
motorik kasar yang belum terarah kegerakan yang lebih terarah sesuai dengan
fungsi gerakan motorik
2. Urutan kedua
adalah keterpaduan yaitu kemampuan dalam menggabungkan motorik yang saling
berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik
c. Motivasi
Kematang motorik memotivasi anak untuk melakukan
aktivitas motorik dalam lingkup yang luas. Motivasi yang datang dari dalam diri
anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar.
d. Pengalaman
Latihan dan pendidikan gerak pada anak usia dini
lebih ditunjukkan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang membangkitkan
rasa senang dalam suasana riang gembira anak.
e. Praktik
Beberapa kebutuhan anak usia dini yang nerkaitan
dengan pengembangan motoriknya perlu dipraktikkan anak dengan bimbingan guru.
b.
Gerakan
Motorik Halus Anak Usia Tk
Motorik halus adalah keterampilan menggunakan media dengan
koordinasi antara mata dan tangan sehingga gerakan tangan perlu du
kembangkankan dengan baik agar keterampilan dasar yang meliputi membuat garis
dan alat bermain.[1]
Gerakan motorik halus apabila gerakan hanya
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia
TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat gigi, menyisir, membuka dan
menutup retsluiting, memakai sepatu sendiri, mengancing pakaian, serta makan
sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu.
Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga
memerlukan dukungan fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan
membuat gambar. Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia
kira-kira 3 tahun. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang
pensil warna atau crayon untuk menggambar. Perbedaan jenis kelamin berpengaruh
pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering melatih
keterampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan melompat
tali (skipping), atau melompat-lompat dengan bola besar (hoping). Sedangkan
anak laki-laki lebih senang melatih keterampilan melempar, menagkap dan
menendang bola atau berprilaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan. Ada
beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan gerakan motorik anak, misalnya
aktivitas berjalan di atas papan, olahraga (melompat tali, renang, sepak bola,
bulu tangkis, senam, bersepeda), menari, atau bermain drama
BAB III
PENUTUP
3.1
kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Alat
Permainan Edukatif (APE) merupakan seperangkat instrumen, baik merupakan metode
atau cara maupun perkakas yang digunakan seseorang dalam rangka mendidik anak
dengan menekankan konsep bermain sambil belajar. Dari sudut pandang orang tua
atau pendidik APE memilik arti yang sangat penting. Karena dapat membantu dan
memudahkan mereka dalam mendampingi proses pembelajaran pada anak usia dini.
Sedangkan dari sudut pandang anak-anak APE memiliki arti penting sebagai
berikut: dapat mengembangkan konsentrasi anak, dapat mengatasi keterbatasan
bahasa anak, dapat mendorong anak bersosialisasi, dapat menambah daya
ingat dan pemahaman anak mengenai sesuatu.
Kemudian dalam memilih alat permainan untuk anak, orang
tua atau pendidik sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip APE (yang mencakup:
prinsip produktivitas, prinsip aktivitas, prinsip kreativitas, prinsip
efektifitas dan efisiensi serta prinsip mendidik yang menyenangkan) dan
ciri-ciri alat permainan yang baik untuk anak (yang meliputi: Desain Mudah dan
Sederhana, Multifungsi, menarik, awet, berukuran besar, tidak membahayakan,
sesuai kebutuhan, barang murah dan mudah didapat, bukan karena kelucuan atau
kebagusannya, mendorong anak untuk bermain bersama, serta dapat mengembangkan
daya fantasi anak)
3.2
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini saya menyadari bahwa banyak sekali kekurangan. Maka dari
itu, saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang dapat membangun
agar makalah ini bisa menjadi lebih baik. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggani
Sudono,Sumber Belajar dan Alat Permainan,(Jakarta:PT
Grasinto,2000).
Komentar
Posting Komentar