Pengertian Disability

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Disability
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” ( handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu dibedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak memadainya perkembangan dalam suatu bidang akademik tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik yang disebabkan oleh retardasi mental, autisme, gangguan fisik yang dapat terlihat,atau kurangnya kesempatan pendidikan. Anak-anak yang mengalami gangguan ini biasanya memiliki intelegensi rata-rata atau diatas rata-rata, namun mengalami kesulitan mempelajari beberapa keterampilan tertentu sehingga kemajuan mereka disekolah menjadi terhambat.

B.     Faktor-faktor gangguan ketidakmampuan seorang anak

Jenis jenis faktor anak yang menderita ketidakmampuan:
1.      Ketidakmampuan belajar (learning disability): mempunyai kecerdasan normal atau diatas normal, kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau biasannya beberapa mata pelajaran, tidak mempunnyai problem atau ganggun lain, contohnya Bunga tidak bisa mengingat nama-nama guru dan teman sekelasnya, John yang berumur 11 tahun mengatakan bahwa dia sulit membaca dan sering kali dia tidak paham suatu kata atau kalimat.
2.      Retardasi mental: kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasannya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari, anak dengan retardasi mental berat kemungkinan besar menunjukkan tanda-tanda komplikasi neurologis, seperti cerebral palsy, epilepsi, gangguan pendengaran, gagguan penglihatan, atau cacat bawaan metabolis lainnya yang mempengaruhi sistem saraf pusat. 
3.       Gangguan indra: terbagi dari 2 yaitu:
·         Gangguan penglihatan adalah anak yang hanya bisa melihat dengan jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 (dalam sekala snellen dimana angka normalnya adalah 20/20). Untuk mengajar anak yang menderita gagguan atau kerusakan pada penglihaan adalah menentukan modalitas seperti sentuhan atau pendengaran.
·         Gangguan pendengaran, gangguan ini dapat menyulitkan proses belajar, anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih kanak-kanak biasannya lemah dalam kemampuan bicara dan bahasannya, ada dua kategori dalam membantu pengajaran gangguan pendengaran, pendekatan oral dan manual, pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca dengan gerak bibir(menggunakan alat visual untuk mengajar membaca. Dan pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).
1.      Gangguan fisik: gangguan fisik anak adalah gangguan ortopedik, cerebral palsy, gangguan kejang-kejang.
·         Gangguan ortopedik biasannya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena adannya masalah di otot, tulang, atau sendi, gangguan ini bisa disebabkan oleh problem pranatal (dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran).
·         Cerebral palsy adalah gangguan yang berupa lemahnya kordinasi otot, tubuh sangatt lemah dan goyah atau bicara tidak jelas, penyebab umumnya adalah kekurangan oksigen dalam kelahiran.
·         Gangguan kejang-kejang jenis yang paling dijumpai adalah epilepsi gangguan saraf yang biasannya di tandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang. Epilepsi muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda-beda seperti absent seizures anak yang mengalami kejang-kejang dalam durasi sinkat (kurang dari 30 detik). Bentuk lainnya adalah tonic-clonic anak akan kehilangan kesadaran dan menjadi kaku, gemeteran dan bertingkah aneh.
2.       Gangguan berbicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan bicara.
·         Gangguan artikulasi  adalah gangguan dalam problem dalam mengucapkan suara secara baik dan benar.
·         Gangguan suara tampak dlam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi daan terlalu rendah.
·         Gangguan kefasihan  atau kelancaran bicara biasannya dinamakan gagap.
·         Bahasa reseptif  adalah penerimaan dan pemahaman atas bahasa.
·         Bahasa ekspresif berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan berkomunikasi dengan orang lain.
3.      Attention deficit hperactivity disorder atau ADHD adalah bentuk ketidakmampuan anak yang ciri-cirinya antara lain: kurang perhatian, hiperaktif, impulsif.
·         Anak yang kurang perhatian(inattentive) sulitberkonsentrasi pada satu hal yang mungkin cepat bosan mengerjakan tugas.
·         Anak hiperaktif menunjukkan level aktivitas fisik yang tinggi, hampir selalu bergerak.
·         Anak impulsif sulit mengendalikan reaksinnya dan gampang bertindak tanpa fikir panjang.
4.      Gangguan perilaku dan emosional problem yang sangat serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga hubungan dengan karakteristik sosio-emosional.
·         Defresi adalah jenis gangguan m ood dimana pengidapnya merasa dirinnya tak berharga sama sekali, percaya bahwa keadaan tidak akan pernah membaik, dan tampak lesu dan tidak bersemangat dalam jangka waktu yang lama.
·         Problem emosional dan mood (suasana hati) negatif ini dalam beberapa jam atau beberapa hari dan merasakan kecemasan.
                                                                               
C.     Prosedur dan Langkah-Langkah Penanggulangan Masalah Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.
Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu, ada kecendrungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.
Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan. Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Berikut adalah langkah-langkah penanggulan masalah belajar:
1. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
2. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
3. Tes diagnostik

Pada konteks ini, penulis akan mencoba menyoroti tes diagnostik kesulitan belajar yang kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut.
Tes dignostik kesulitan belajar sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahn-kesalahan yang esensial. Tes dignostik kesulitan belajar juga tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penghapusan sarana prasarana pendidikan

Pengertian Penghapusan

Pengertian Pengawasan dan penilaian sarana prasarana pendidikan.